Harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae) adalah harimau terkecil di dunia dan hanya dapat ditemukan di Pulau Sumatera, Indonesia. Spesies ini berkulit lebih gelap dibanding spesies lainnya dan loreng hitamnya lebih rapat. Sekilas, loreng harimau terlihat mirip satu sama lain, namun sebenarnya loreng mereka unik seperti sidik jari manusia. Massa harimau sumatera dewasa dapat mencapai 140 kg dan panjangnya mencapai 2,5 m dari kepala hingga ekor. Anak jenis endemik Sumatera ini dapat berlari hingga kecepatan 65 km/jam, dengan wilayah jelajah seluas 110 km2 untuk jantan dan 50-70 km2 untuk betina.
Harimau berperan sebagai predator puncak rantai makanan. Hilangnya harimau di alam akan mengganggu rantai makanan dan mengakibatkan lonjakan jumlah populasi satwadi bawahnya. Akibatnya, keseimbangan ekosistem hutan alam akan terganggu karena jejaring makanan berubah seiring meningkatnya populasi spesies herbivora yang mengonsumsi tanaman muda.
Di sisi lain, spesies ini menghadapi ancaman perburuan dan perdagangan ilegal, untuk diambil kulit dan bagian tubuhnya. Harimau juga menghadapi ancaman dari konflik dengan manusia akibat perebutan ruang akibat alih fungsi kawasan hutan menjadi permukiman dan perkebunan. Saat ini, harimau sumatera termasuk jenis terancam punah dengan status Kritis oleh International Union for Conservation of Nature (IUCN). Di Indonesia, satwa ini dilindungi dibawah UU No. 5/1990 dan PP No. 7/1999.
WCS Indonesia Program, sebagai mitra KLHK, mendukung Direktorat Jendral KSDAE dan Unit Pelaksana Teknis (UPT) di bawahnya dalam mengembangkan serangkaian strategi untuk meningkatkan populasi harimau:
- Memberi dukungan dalam penyusunan strategi konservasi spesies
WCS Indonesia Program mendukung Pemerintah Indonesia dalam melaksanakan rencana aksi nasional dan bersama dengan Forum HarimauKita melakukan Analisis Kelayakan Populasi (Population Viability Analysis) sebagai salah satu rujukan untuk penyusunan dokumen Strategi dan Rencana Aksi Konservasi harimau.
- Bersama UPT balai taman nasional melaksanakan kegiatan perlindungan harimau sumatera dan habitatnya di tingkat tapak
WCS Indonesia Program bekerja sama dengan KLHK untuk meningkatkan efisiensi pengelolaan taman nasional. Aktivitas ini mencakup upaya perlindungan kawasan, peningkatan penegakan hukum untuk mengatasi perambahan dan penebangan ilegal, mendorong mata pencaharian ramah lingkungan di zona penyangga, tata ruang dan tata guna lahan, dan restorasi ekosistem.
- Bersama UPT BKSDA melaksanakan mitigasi konflik manusia-harimau
WCS Indonesia Program bersama BKSDA dan balai taman nasional mendampingi kelompok masyarakat di kawasan penyangga dalam melakukan upaya mitigasi dan adaptasi konflik antara manusia dengan harimau. Hal ini mencakup pembangunan “kandang ternak anti-harimau”, manajemen ternak, dan prosedur keselamatan saat terjadi konflik.
- Bersama pengelola kawasan konservasi melakukan penelitian ilmiah tentang harimau untuk meningkatkan strategi konservasi
Mengembangkan sistem pemantauan populasi spesies kunci guna mendukung pemerintah dalam pencapaian target peningkatan 10% populasi harimau periode 2014-2019 di wilayah yang ditetapkan sebagai lokasi pemantauan spesies. Perkiraan pemantauan populasi terbaru menunjukkan bahwa populasi harimau sumatera meningkat dua kali lipat di TN Bukit Barisan Selatan dibandingkan dengan survei tahun 2002.
- Membantu Ditjen Gakkum dalam memperkuat penegakan hukum dan kebijakan
WCS Indonesia Program secara berkala memfasilitasi dukungan teknis untuk sistem peradilan pidana dalam meningkatkan kapasitas dan tindakan aparat penegak hukum memerangi perdagangan ilegal satwa liar. Dukungan tersebut mencakup dari investigasi hingga pemantauan hukum untuk memastikan bahwa hukum ditegakkan secara adil dan transparan.