Bandar Lampung, 23 Agustus 2020 -- Tim pesepeda dan pejalan sehat Wildlife Conservation Society (WCS) Indonesia Program menyusuri Kota Bandar Lampung dan berhasil menciptakan landmark spasial berbentuk gajah pada hari Minggu, 23 Agustus 2020 dalam rangka kampanye Voice of the Voiceless. Sebanyak 18 orang pesepeda dan pejalan kaki yang dibagi ke dalam tiga tim, menyusuri 22 titik koordinat di Bandar Lampung, yang lintasannya di peta membentuk landmark spasial berbentuk gajah. Penciptaan landmark spasial gajah dalam kampanye konservasi satwa liar ini merupakan yang pertama kalinya dilakukan di Indonesia.
Aksi ini merupakan bagian kampanye WCS Indonesia Program bekerja sama dengan Pemerintah Provinsi Lampung, Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Bengkulu-Lampung, Balai Besar Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, dan Balai Taman Nasional Way Kambas untuk membangun kesadaran masyarakat akan pentingnya menyuarakan perlindungan terhadap empat spesies kebanggaan Indonesia yang kini populasinya terancam punah yakni harimau sumatera, gajah sumatera, orangutan, dan badak sumatera. Landmark Spasial Gajah adalah simbolisasi dari prinsip koeksistensi dan berbagi ruang kehidupan bagi semua makhluk.
“Kampanye Voice of the Voiceless merupakan prakarsa WCS yang diluncurkan tepat saat HUT ke-75 Kemerdekaan Republik Indonesia, 17 Agustus 2020, untuk mengingatkan publik bahwa gajah sumatera, harimau sumatera, orangutan, dan badak sumatera masih berjuang untuk merdeka dari perburuan liar dan kerusakan lingkungan serta merdeka dari ancaman kepunahan,” ujar Country Director WCS Indonesia Program, Dr. Noviar Andayani. Memperjuangkan satwa liar Indonesia, lanjutnya, selalu menjadi bagian dalam tiap langkah WCS yang mencita-citakan sebuah dunia dengan ruang bagi hidupan liar untuk tumbuh dan berkembang sehat, baik di darat maupun perairan, serta dihargai dan diayomi oleh masyarakat yang mendapatkan manfaat dari keragaman dan keutuhan kehidupan di bumi.
Pemerintah Provinsi Lampung menyambut baik event yang mempromosikan landmark Kota Bandar Lampung sekaligus mendekatkan publik di Kota Bandar Lampung dengan satwa gajah sumatera yang menjadi ikon Provinsi Lampung. “Pemilihan Bandar Lampung sebagai lokasi untuk menciptakan gambar spasial gajah pertama di Indonesia ini sudah tepat, mengingat Provinsi Lampung dikenal dengan julukan “Negeri Seribu Gajah,” ujar Plt. Kepala Dinas Kehutanan Lampung, Ir. Yanyan Ruchyansyah.
Di waktu yang hampir bersamaan, satu tim dari Pemuda Desa Labuhan Ratu VI menelusuri jalur menggunakan sepeda gunung, melintasi jalan desa, wilayah permukiman, perladangan, persawahan dan kebun karet, membentuk landmark spasial gajah di Desa Labuhan Ratu VI, di pinggir hutan Taman Nasional Way Kambas. Rute ini melawati 23 titik yang sebagian melewati kawasan hutan di Taman Nasional Way Kambas.
Menurut Prayitno, Kepala Desa Labuan Ratu VI, meskipun rasa jengkel masih ada ketika tanaman mereka dirusak gajah, masyarakat sudah dapat menerima kehadiran gajah sebagai bagian dari sejarah pembangunan di desa. Ini disimbolkan dengan patung gajah putih di desa tersebut yang disakralkan. Kelompok Sadar Wisata desa malah mengusulkan rute spasial gajah nantinya bisa dimanfaatkan sebagai salah satu atraksi wisata desa, sebagai bagian dari strategi pencegahan interaksi negatif dengan gajah melalui pendekatan wisata alam berbasis masyarakat.
Kepala Seksi Konservasi Wilayah III Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Provinsi Lampung, Hifzon Zawahiri, mendukung aksi ini. “Peningkatan kesadartahuan masyarakat mengenai konservasi satwa liar hendaknya dilakukan melalui cara-cara yang kreatif seperti ini,” ujarnya. Hifzon berharap pesan dari pembuatan landmark spasial gajah ini bahwa kita perlu berbagi ruang hidup dengan gajah dan satwa liar lainnya akan mampu meningkatkan dukungan masyarakat terhadap upaya konservasi yang dilakukan pemerintah dan berbagai pihak di Indonesia.
“Gajah sumatera menghadapi ancaman akibat perburuan dan perdagangan ilegal gading gajah. Karenanya peningkatan kesadartahuan masyarakat mengenai pelestarian satwa dan pemahaman mengenai ketentuan perundang-undangan mengenai konservasi satwa liar beserta ekosistemnya menjadi penting untuk selalu dilakukan melalui kampanye secara luas,” ungkap Kepala Balai Taman Nasional Way Kambas, Subakir.
Sementara itu Kepala Balai Besar Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, Ismanto, mengatakan, saat ini gajah sumatera di wilayah Lampung juga semakin tertekan akibat interaksi negatif antara manusia dengan satwa liar yang terjadi di sekitar kawasan hutan. Kampanye publik seperti ini, ujarnya, diharapkan dapat meningkatkan kesadartahuan masyarakat agar bisa berbagi ruang dan hidup berdampingan dengan gajah sumatera.
Voice of the Voiceless memanfaatkan media sosial, khususnya Instagram, sebagai platform kampanyenya melalui penggunaan fitur-fitur yang menghibur, dengan durasi waktu mulai Agustus hingga September 2020. Sebagai pembuka, WCS menggelar kompetisi ilustrasi analog dan digital, menggandeng tiga taman nasional yaitu Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, Taman Nasional Gunung Leuser, dan Taman Nasional Way Kambas. Kompetisi berhasil menarik minat 135 peserta dan pengumuman pemenang telah dillaksanakan tepat saat HUT Kemerdekaan RI yang lalu
Kampanye segmen pertama mengambil tema perlindungan harimau sumatera, sembari memperingati Hari Harimau Sedunia yang jatuh tanggal 29 Juli 2020 silam. Pengguna Instagram dapat mencoba filter mask (topeng) harimau yang amat unik di akun Instagram WCS Indonesia (@wcs_id), yang dapat mengubah suara pengguna menjadi auman harimau, diikuti dengan seruan aksi untuk konservasi harimau sumatera. Segmen kedua menggunakan gajah sebagai topik melalui aksi pembuatan landmark spasial gajah, sembari memperingati Hari Gajah Sedunia yang jatuh pada tanggal 12 Agustus setiap tahunnya.
Sementara itu, segmen ketiga mengambil momen perayaan Hari Orangutan Sedunia tanggal 19 Agustus 2020 dengan penyediaan fitur topeng orangutan bagi pengguna dan ilustrasi ancaman perburuan yang hewan ini alami. Adapun segmen keempat dibuat mengiringi peringatan Hari Badak Sedunia yang jatuh pada tanggal 22 September 2020. Segmen terakhir ini akan menampilkan permainan interaktif, dimana pengguna harus mencari badak di layar, sebagai simbol amat sulitnya menemukan populasi badak sumatera di masa kini.
***
Informasi lebih lanjut silakan hubungi:
Ahmad Husein
Communications Manager
Wildlife Conservation Society - Indonesia Program
Telepon: +62 812 800 7493
E-mail/Twitter/IG: ahusein@wcs.org / @madhusein / @madhuseinbcc